TANGSELXPERSS – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali kehilangan kader potensialnya. Terbaru, ada nama Michael Victor Sianipar, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI DKI Jakarta.
Sebelumnya, terdapat sejumlah nama yang juga hengkang dari partai berlogo mawar tersebut, seperti Surya Tjandra, Tsamara Amany, dan Sunny Tanuwidajaja.
Terkait hal tersebut, Peneliti Bidang Politik The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Ahmad Hidayah mengatakan bahwa keluar-masuknya kader partai politik bukan hal yang baru di Indonesia.
“Keluar masuknya kader partai politik itu bukan hal baru, apa lagi menjelang pemilu. Saya ingat jelang Pemilu 2019 lalu, sejumlah politisi juga pindah partai. Misal, Arif Suditomo yang dulunya Hanura pindah ke Nasdem. Lalu, ada Saan Mustopa yang sebelumnya Demokrat, pindah juga ke Nasdem,” jelas Ahmad.
Ahmad menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang melandasi perpindahan politisi dari satu partai ke partai lainnya. Pertama, kekosongan jabatan politik. Bisa saja, politisi berpindah partai karena ditawarkan posisi yang lebih tinggi. Kedua, akses terhadap kebijakan. Terdapat beberapa kasus di mana seorang politisi tidak memiliki peran sentral dalam pengambilan keputusan partai.
Oleh karena itu, ada kemungkinan politisi menerima tawaran untuk berpindah partai ketika diberikan kewenangan yang lebih signifikan. Ketiga, keuntungan elektoral, yaitu keuntungan yang bisa didapatkan oleh seorang politisi ketika berpindah partai yang berupa perluasan akses terhadap sumber daya, pemilih, dan suara.
Artikel PSI Kembali Kehilangan Kader, Peneliti TII: Bukan Suatu Hal yang Baru pertama kali tampil pada tangselxpress.com.