RADARTANGSEL – Angkatan bersenjata Ukraina memperkirakan Rusia dapat kembali menargetkan serangan ke ibu kota Kiev pada bulan-bulan awal tahun 2023 mendatang.
Prediksi itu dipicu oleh strategi militer Moskow yang saat ini disebut sedang mempersiapkan puluhan ribu pasukan baru.
Hal ini disampaikan oleh panglima perang tertinggi Ukraina, Jenderal Valeriy Zaluzhny, dalam sesi wawancara dengan buletin mingguan Inggris The Economist, yang diterbitkan pada Kamis (15/12).
Meski dalam beberapa pekan terakhir sebagian besar titik tempur telah terkonsentrasi di wilayah timur dan selatan Ukraina, Zaluzhny mengatakan besar kemungkinan Kiev akan menjadi sasaran gempuran lagi.
“Tugas strategis yang sangat penting adalah menciptakan cadangan dan mempersiapkan perang yang mungkin terjadi pada bulan Februari, paling baik pada bulan Maret, dan paling buruk pada akhir Januari,” ungkap Zaluzhny, seperti dikutip dari AFP.
Rusia sedang mempersiapkan sekitar 200.000 pasukan baru. Saya tidak ragu mereka akan kembali menyerang Kiev,” imbuhnya.
Zaluzhny kemudian menjelaskan, untuk sementara angkatan bersenjatanya perlu mempertahankan garis depan yang membentang dari selatan ke timur, agar tidak direbut lagi oleh pasukan Moskow.
Pihak Ukraina berhasil mengambil alih wilayah itu melalui pertempuran sengit yang memukul mundur pasukan Moskow dari Kharkiv di timur laut pada September dan Kherson di selatan pada November lalu.
Hal serupa juga sempat terjadi di bulan Februari, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin baru mengumumkan dimulainya operasi militer khusus. Kala itu, pasukan Moskow sempat berupaya merebut ibu kota Kiev — namun gagal, diduga akibat strategi yang salah.
Sehingga, pasukan Ukraina berhasil merebut kembali Kiev pada akhir Maret dan awal April. Kini, Zaluzhny memiliki misi yang sama agar ibu kota tidak jatuh kembali ke tangan Rusia.
Selain itu, pihaknya juga dihadapkan pada keterbatasan energi yang diakibatkan oleh serangan-serangan artileri Rusia terhadap infrastruktur sipil beberapa bulan terakhir.
Dalam pandangan Zaluzhny, tindakan itu mencerminkan bahwa pasukan Rusia telah mengalami kemunduran lagi, sehingga membutuhkan waktu tambahan untuk mengumpulkan sumber daya yang akan digunakan pada serangan luas dalam beberapa bulan mendatang.
Dan dampak serangan terhadap infrastruktur energi dan sipil itu cukup signifikan bagi penduduk Ukraina yang saat ini menghadapi musim dingin.
Pemadaman listrik besar-besaran di penjuru negeri telah mengakibatkan jutaan warga Ukraina kesulitan memiliki akses ke kebutuhan pokok — seperti penghangat, listrik, makanan, dan dukungan medis.
“Saya bukan ahli energi, tetapi menurut saya kita berada di ujung tanduk,” ungkap Zaluzhny. Ia menambahkan, serangan terhadap jaringan listrik itu kemungkinan dilakukan menggunakan rudal dan drone.
Menanggapi hal itu, Zaluzhny mengatakan pihaknya telah membuat skala prioritas dan perhitungan secara menyeluruh — terkait berapa banyak tank, artileri, dan sistem pertahanan udara yang dibutuhkan dalam jangka waktu lama.
“Saya tahu bahwa saya bisa mengalahkan musuh ini, tapi saya butuh sumber daya,” ujar Zaluzhny.
“Saya membutuhkan 300 tank, 600-700 kendaraan tempur infanteri, dan 500 Howitzer,” jelas dia, mengacu pada peralatan senjata yang diproduksi dan dipasok oleh Barat selama ini ke Ukraina.