Digitalisasi dari Warung Kopi

KBRN, Sintang: Hari masih pagi, di kedai Kopi kami sudah kesulitan mencari meja kosong. Suasana riuh terdengar dengan berbagai tema obrolan,  Kedai Kopi Ini satu dari ratusan kedai kopi yang ada di kota Sintang

Sekitar Lima tahun tahun terakhir,  Kedai kopi  menjadi trend di Sintang, ngopi  menjadi gaya hidup warga kota Sintang,  meja-meja warung kopi dipenuhi berbagai kelompok umur dan berbagai kalangan mulai dari ASN, politisi, pekerja swasta hingga pelajar dan mahasiswa.

Salah seorang  pengunjung Toko kopi Anugerah Sintang  Dedi Wahyudi mengatakan, sebagai aktivis lingkungan, Ia  memanfaatkan warung kopi untuk berinteraksi  dengan berbagai pihak, menurutnya, setiap permaslahan  dapat diselesaikan dengan komunikasi yang cair di tempat ini.

“ Di Warkop ini setiap individu selalu dapat melepas masing masing pribadi baik pejabat, bos maupun rakyat biasa, batasan-batasan ini hilang sehingga diskusi dapat dilakukan lebih cair,” ungkapnya.

Menurut Dedi, komunikasi dirasakan lebih efektif dan menciptakan kedekatan setiap individu, berbagai menu cerita tersaji mulai dari isu politik, artis sampai gosip bertaburan disini.

Kini warung kopi jadi barometer ekonomi layaknya bursa saham, dari sini  denyut nadi  ekonomi kota dirasakan. Sederhananya, Saat musim gajian atau tanggal muda warung kopi selalu terlihat lebih ramai, ini menandakan terjadi transaksi ekonomi yang meningkat.

Menariknya digitalisasi juga kini merambah kesini, warung kopi lebih modern transaksi secara digital tersaji, ini bukan hanya disini tapi pada sebagian besar kedai kopi di Sintang. transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (Qris) jadi kebutuhan.

Owner Toko Kopi Anugerah di jalan lintas melawi Sintang Pujianto mengatakan BRI dan sejumlah perbankan memang telah memasang barcode Qris di kasir,  ini salah satu cara memudahkan manajemen dalam melakukan rekapitulasi penjualan,  lebih aman, cepat, dan efesien.

“ Memang belum seluruh pelanggan menggunakan Qris tapi perkembanganya semakin meningkat, mereka yang terbisa bertansaksi dengan Qris melakukanya berulang, karena lebih simple hanya membawa handphone dan kasir kami tidak repot mencari uang kembalian,” ucapnya.

Jean Salah seorang kasir Warung kopi, Jean mengaku saat ini lebih banyak pelanggan menggunakan Qris ketimbang membayar langsung dengan uang cash.

“Mereka tinggal bawa handphone langsung scan selesai,” ucap Jean.

Pimpinan Cabang BRI Sintang Muhammad Rafik mengatakan BRI  menyiapkan 2.794 Qris  tersebar di Sintang, ini salah satu upaya mengedukasi masyarakat agar menerapkan cashless society.

“ Saat ini dikembangkan bukan hanya Qris dalam bentuk Barcode tapi langsung di tap, dan ini baru satu satunya Bank di Indonesia yang sudah merilis penggunaan Qris edisi  melalui Brimo tidak menggunakan barcode,” jelasnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sintang Kurniawan menyebut, wabah Covid 19 lima tahun lalu  mempercepat adaptasi masyarakat  salah satu yang paling terasa adalah prilaku bertansaksi menggunakan aplikasi. Kendati saat ini  transaksi tatap muka sudah kembali normal namun pengembangan transaksi secara digital menjadi budaya baik.

Pihaknya juga sangat berkepentingan melibatkan generasi dalam proses Rencana Kerja Pemerintah daerah (RKPD).

“ Gen Z di Sintang jumlahnya lebih dari 60 persen,  mereka mendominasi pupulasi di Sintang, mereka sangat familiar dengan kemajuan digitalisasi , sehingga pemikiran mereka diperlukan untuk perencanaan pembangunan yang lebih adaptif kedepan,” ucapnya. (fik)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *